Di sebuah kantor yang ramai di tengah kota, TechSolutions, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi kesehatan, menemukan diri mereka terperangkap dalam siklus pengembangan perangkat lunak yang lambat dan mahal. Tim pengembangan mereka sering kali merasa frustasi karena aplikasi yang mereka bangun tidak lagi memenuhi kebutuhan bisnis yang terus berkembang.
Sarah, seorang analis bisnis yang berdedikasi, mencatat bahwa masalahnya bukan hanya tentang menambahkan fitur-fitur baru. “Kita butuh sesuatu yang lebih dari sekadar mengikuti daftar fitur yang diberikan oleh manajemen,” katanya. “Kita perlu benar-benar memahami bisnis kita secara mendalam.”
Pada suatu pagi yang cerah, tim TechSolutions berkumpul di ruang konferensi yang kecil untuk mencari solusi. Mereka memutuskan bahwa sudah waktunya untuk mengadopsi pendekatan baru. Inilah titik awal dari perjalanan mereka dalam menerapkan Domain Driven Design (DDD).
Mereka memulai perjalanan mereka dengan menggali lebih dalam ke dalam domain bisnis mereka: industri teknologi kesehatan. Sarah, bersama dengan timnya, mulai melakukan serangkaian wawancara dengan dokter, perawat, administrator rumah sakit, dan pemangku kepentingan lainnya. Mereka ingin benar-benar memahami tantangan dan kebutuhan yang mereka hadapi setiap hari di lapangan.
Cerita-cerita yang mereka dengar membawa cahaya baru ke dalam ruang rapat. Mereka mulai melihat pola-pola dalam cerita tersebut, menemukan bahwa ada entitas-entitas kunci yang muncul berulang kali: pasien, dokter, janji temu, resep, dan banyak lagi. Dari sana, mereka mulai memodelkan domain bisnis mereka.
Daniel, seorang pengembang senior, menyadari pentingnya menggunakan bahasa yang sama untuk berbicara tentang domain bisnis mereka. “Kita perlu bahasa yang sama untuk berbicara tentang domain bisnis kita,” katanya. “Jika kita menggunakan istilah yang berbeda-beda, itu hanya akan menyebabkan kebingungan.”
Inilah saatnya munculnya Ubiquitous Language. Tim mulai menggunakan istilah-istilah yang sama di antara pengembang, analis bisnis, manajemen, dan pengguna akhir. Ini tidak hanya memperjelas komunikasi, tetapi juga membantu mencegah kesalahpahaman yang mahal.
Namun, mereka menyadari bahwa tidak semua bagian dari aplikasi mereka memiliki pemahaman yang sama tentang domain bisnis. Itulah mengapa mereka mulai menerapkan konsep Bounded Context. Mereka membagi domain mereka menjadi konteks terbatas yang sesuai dengan bagian-bagian yang berbeda dari bisnis mereka, seperti administrasi pasien, manajemen resep, dan pelacakan inventaris.
“Sekarang kita bisa fokus pada bagian yang berbeda dari aplikasi tanpa khawatir tentang tumpang tindih,” kata Anna, seorang pengembang yang bersemangat.
Dengan waktu, mereka mulai membangun Aggregates dan Entities yang tepat untuk mewakili entitas-entitas kunci dalam domain bisnis mereka. Mereka menemukan bahwa dengan pendekatan ini, mereka dapat membangun sistem yang lebih fleksibel dan mudah dipelihara.
“Ternyata, kita bisa merespons perubahan dalam bisnis dengan lebih cepat daripada sebelumnya,” kata Michael, seorang pengembang yang percaya diri.
Penerapan DDD bukanlah tanpa tantangan. Ada banyak malam yang panjang dan pertemuan yang penuh dengan diskusi dan debat. Tapi, akhirnya, kerja keras mereka terbayar.
Kini, aplikasi TechSolutions tidak hanya memenuhi kebutuhan bisnis mereka, tetapi juga membantu mereka untuk terus berkembang dan berinovasi. Mereka tidak lagi terjebak dalam siklus pengembangan yang lamban dan mahal. Mereka telah menemukan kunci untuk kesuksesan mereka: memahami bisnis mereka dengan baik dan membangun perangkat lunak yang sesuai. Itulah kekuatan dari Domain Driven Design.